JEJAK PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN
ISLAM
Disusun
oleh :
Dinni
Islami Fitriani
Jejak
Pemikiran Pendidikan Islam
“Penelusuran kembali
pemikiran pendidikan di kalangan umat Islam memang amat diperlukan. Karena hal
ini setidaknya mengingatkan kembali khazanah intelektual yang pernah dimiliki
oleh umat Islam di masa lalu.”
PASANG surut perjalanan
pemikiran kependidikan Islam, tidak akan pernah lepas dari interaksi akumulasi
dengan peradaban-peradaban di sekitar perkembangan Islam waktu itu. Dimana
perkembangan pemikiran kependidikan lebih dijiwai oleh semangat normatif dan
historis. Dikatakan semangat normatif karena perkembangan pemikiran
kependidikan dijiwai oleh ajaran dasar yang sumbernya Al-Qur‘an dan hadits.
Sedangkan semangat historis adalah merupakan ujud respon terhadap berbagai
persoalan hidup umat Islam di berbagai bidang kehidupan.
Sesuai dengan catatan
sejarah, bahwa perkembangan pemikiran kependidikan Islam diawali pada saat
Dinasti Abbasiyah yang mengalami renaissance, sehingga berakibat pemikiran
kependidikan Islam nampak mengalami titik kulminasi. Sedang titik baliknya
terjadi pada masa-masa dimana pemikiran-pemikiran para ilmuan Islam, sebagian
besar mengalami kemandegan (stagnation) sampai abad ke-14 yaitu munculnya Ibn
Khaldun.
Hal ini dikarenakan
sejak pada masa Nabi Muhammad Saw. sampai pada masa dinasti Umayyah ilmu
pengetahuan belum berkembang pesat, dan masih terpusat pada usaha pemenuhan
kebutuhan untuk memahami prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai pedoman hidup
yang waktu itu secara langsung telah dijawab dan diselesaikan oleh Nabi.
Sedangkan pada masa Khulafa al-Rasyidin dan dinasti Umayyah lebih banyak
disibukkan dengan pemecahan masalah politik dan perluasan wilayah Islam, dan
belum sempat menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga bisa
dibilang pada masa-masa itu patron ilmu pengetahuan belum dimiliki oleh umat
Islam. Baru setelah zaman Abbasiyah ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin berkembang.
Awal perkembangannya
dimulai dari perkenalannya dengan budaya helenisme, kemudian penerjemahan
karya-karya klasik, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, Syria, Sinkrit, dan
bahasa Pahlevi ke dalam bahasa Arab yang berlangsung dari tahun 750-900 M, sejak
masa Al-Mansyur (754-775 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan sampai puncaknya
pada masa Al-Makmun (813-833 M). Abad-abad ini merupakan abad penerjemahan yang
meletakkan tonggak abad aukflarung Islam kawasan Timur, dan bertahan hingga
melampaui abad kesepuluh dan kesebelas (Mehdi Nakosteen, 1996: 208). Walaupun
setelah itu, ada gejala penurunan, akan tetapi sampai abad ketiga belas
perkembangan ilmu pengetahuan masih ada dan baru benar-benar mengalami stagnasi
setelah penghancuran total oleh Hulagu Khan (1258 M) yang juga diikuti oleh
jatuhnya orang-orang Muwahid di Spanyol (1268 M). Kalau kita cermati dimasa
kemunduran itu sesungguhnya masih muncul ilmuan muslim yaitu Ibn Khaldun
(1332-1406 M) sebagai ahli teori sejarah. Sejak inilah stagnation betul-betul
terjadi dan ditandai lagi dengan jatuhnya dunia Islam ke tangan Kolonial Eropa,
yang mengakibatkan ilmu Islam terbatas pada ilmu agama dan muncullah sekuler.
Baru pada abad ke-19
atau abad kebangkitan Islam mulai ada respons terhadap ilmu-ilmu pengetahuan
modern dan termasuk filsafat walaupun ada sikap-sikap yang antagonistik dan
akomodatif. Dengan munculnya pelopor modernisasi di dunia Islam yaitu Sayyid
Khan (1817-1898 M), orang India yang pertama meyakini perlunya penafsiran baru
terhadap Islam, yaitu penafsiran bebas modern dan maju (Busthami M. Said, 1992:
119). Bahkan menimbulkan gejala yang sering ditunjukkan oleh pengamat Barat
baik secara netral, tidak senang maupun rasa takut, akan gejala kebangkitan
Islam. Naluri manusia untuk selalu ingin tahu itulah yang menjadikan pangkal
tolak perkembangan ilmu pengetahuan (Ismail Raji al-Faruqi, 1984: 35).
Pemikiran kependidikan Islam mulai muncul, kendatipun masih dalam bentuk
“embrionik”, dan berkembang hingga dewasa ini.
Buku berjudul Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya,
studi dan penelitian buku ini dilakukan dengan tujuan mengelaborasi dan
menjelaskan mengenai konsep pendidikan yang dilontarkan para pemikir-pemikir
pendidikan di kalangan umat Islam. Buku Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,
mengungkapkan pokok-pokok pemikiran pendidikan Islam sejak permulaannya, pada
masa Nabi Muhammad Saw., sampai pada masa pembaruan pendidikan yang dilakukan
setelah masa Nabi Muhammad Saw., yaitu masa Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah,
Bani Abbasiyah, dan seterusnya, juga hasil para pemikir pendidikan Islam
terkemuka seperti Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan lain-lain. Ditambah lagi, hasil
pemikiran para tokoh dari tanah air yang tidak sedikit juga ikut andil
memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan, seperti KH. Ahmad Dahlan, KH.
Hasyim Asy‘ari, Basiuni Imran (Tokoh dari Sambas, Kalimantan Barat), dan
lain-lain.
Penelusuran kembali
pemikiran pendidikan di kalangan umat Islam memang amat diperlukan. Karena hal
ini setidaknya mengingatkan kembali khazanah intelektual yang pernah dimiliki
oleh umat Islam di masa lalu. Kesadaran historis ini pada gilirannya akan
memelihara kesinambungan atau kontinuitas keilmuan khususnya dalam kajian
tentang pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran kependidikan dalam Islam dan
pemikiran para tokoh dalam bidang pendidikan ini juga bisa dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atas kebijakan sesuai dengan
kondisi zaman saat ini, sehingga hasil atau pokok-pokok pikiran para ahli ini
patut dikaji kembali dalam rangka membenahi sistem pendidikan Islam, terutama
di negeri Indonesia tercinta ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar