SENYUM
IBU
Ada di balik tebal
kacamata ibu,
itu adalah aku yang
tak pernah dipandangnya buruk.
Meskipun karena nakalnya aku, berkaca-kaca
matanya itu.
Juga kulihat kerut
pada kening ibuku, itu ulahku yang sering membuatnya memikirkan hari depanku
sepanjang malam.
Ibu biasa duduk
menungguku pulang.
Saat larut malam ibu
sudah menguap, namun kantuk tidak melenyapkan aku dalam benaknya.
“Ibu,
senyummu adalah hikmat untuk aku melihat sesuatu yang lebih penting, dengan
lebih dekat. Kaulah syukur yang tak pernah aku usaikan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar