Manajemen
sumber daya manusia, disingkat MSDM,
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur
hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.[1] MSDM didasari pada suatu konsep
bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata
menjadi sumber daya bisnis.[rujukan?] Kajian MSDM menggabungkan
beberapa bidang ilmu seperti psikologi,sosiologi,
dll.
Manajemen sumber daya
manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan
karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja,
kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber
daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi
secara langsung sumber daya manusianya.[3]
Perusahaan beruntung bila bisa
menggaet tenaga manajerial, yang sudah pengalaman ataupun trainee, yang
brilyan. Kerepotannya adalah bagaimana membuat si “Bintang” itu betah di
perusahaan. Gaji besar tak selalu menjamin ia bakal “loyal” terus. (Jika Anda
ingin mendapatkan slide presentasi bagus tentang HR Management dan Career
Planning, silakan KLIK DISINI ).
Merekrut tenaga
tingkat manajerial merupakan aktivitas yang tidak murah. Tak jarang perusahaan
harus menggunakan konsultan tenaga kerja dari luar untuk melaksanakan rekrutmen
dan seleksi calon pegawai yang cocok. Cara yang lebih jitu lagi meojaring calon
yang tepat adalah secara aktif mencari di dalam kalangan industri dan bila perlu
membajaknya dari perusahaan lain (”headhunting” dan “hijacking”). Semua, tentu,
dengan biaya yang tidak sedikit bagi perusahaan yang membutuhkan tenaga manajer
tersebut.
Usaha yang kompleks
dan tidak murah ini belum juga menjamin kesesuaian antara calon pegawai dengan
jabatan yang bakal diisinya. Ketidakcocokan bisa karena ternyata si calon itu
tidak memenuhi sejumlah syarat kerja, atau malah si calon itu sendiri yang —
setelah ia tahu lebih banyak mengenai pekerjaannya — merasa kurang pas dengan
kedudukan barunya.
Bila ini keadaannya,
maka dapat diperkirakan bahwa cepat atau lambat si pegawai itu akan “mental”
atau hengkang dari tempat kerja. Hal yang amat merugikan perusahaan sekiranya
pegawai tersebut sebenarnya termasuk pekerja yang baik dan penuh potensi.
Membuat Betah Gaji
tinggi, fasilitas lengkap, sertajabatan/ke-dudukan yang jelas tak selalu
menjamin betahnya seorang pegawai, apalagi untuk tingkat ma¬najerial ke atas.
Sebagai orang baru, hal-hal itu tentu menjadi pertimbangan, namun, selang
beberapa waktu, tentu ada hal-hal lain yang bakal dicarinya.
Upaya untuk membuat
pegawai baru betah, apalagi bila diketahui ia tipe yang penuh inisiatif,
eneriik, dan ogah rutinitas, harusnya dimulai sejak awal, kala ia baru masuk.
Pada bulan pertama diperkenalkan kepada lingkungan kerjanya serta
tugas-tugasnya secara spesifik. Bersamaan dengan itu pula sang pegawai baru
di-expose pada budaya perusahaan, yakni pola perilaku segenap warga perusahaan
yang mencerminkan sistem nilai yang dianut perusahaan.
Untuk para manajer
baru yang tugasnya ber-hubungan dengan banyak unit lain dalam per¬usahaan, maka
ada baiknya ia pun mengenali fungsi dan tugas unit-unit itu. Beberapa
perusahaan besar bahkan mengharuskan para manajer tersebut untuk mengikuti
hands-on training di beberapa unit yang relevan. Ini pengalaman yang penting
mengingat bahwa dalam tugasnya kelak sang manajer bakal berhubungan banyak
dengan unit-unit tersebut sehingga perlu memahami pola kerjanya sedetail
mungkin. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi bagus tentang HR
Management dan Career Planning, silakan KLIK DISINI ).
Dalam proses ini,
yang bisa saja berlangsung sampai setahun, trainee yang bakal menduduki jabatan
eselon manajemen ini berinteraksi de¬ngan banyak pihak; dengan kalangan
pelaksana, penyelia, manajer, dan tak jarang pula dengan pimpinan perusahaan.
Kerapkali momen sosialisasi seperti ini menjadi faktoryang turut mendu-kung
kemajuan karir trainee tersebut.
Selain itu, pelatihan
dalam bidang organisasi, komunikasi, maupun bidang-bidang lain yang menunjang
ketrampilan manajemen, merupakan masukan berharga bagi calon manajer. Apa¬lagi
bila materi pelatihan disajikan oleh praktisi-praktisi yang mengenai betul
kondisi dan iklim kerja di perusahaan. Memang, sekali lagi, ini bentuk
perhatian pada calon-calon manajer yang harganya tentu mahal.
Tetapi ini harus
dipandang sebagai investasi perusahaan untuk memiliki jajaran manajer yang
trampil, mampu, dan punya wawasan yang sejalan dengan cita-cita dan falsafah
perusahaan. Dari sudut si calon manajer sendiri, ini merupakan perlakuan yang
tentunya memperkaya pengetahuan dan kemampuan individualnya, yang pada
gilirannya bisa berperan besar dalam menumbuhkan loyalitasnya pada perusahaan.
Ibarat bayi yang baru
lahir dan memasuki dunia baru, maka enam bulan pertama seorang pe¬gawai baru
adalah masa-masa kritis yang menentukan sikap dan pandangannya terhadap
perusahaan maupun pekerjaannya. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi
bagus tentang HR Management dan Career Planning, silakan KLIK DISINI ).
Betah dan Berprestasi
Bagi pegawai baru yang dipersiapkan untuk menduduki jabatan manajerial,
tentunya ada harapan bahwa ia diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Percuma mereka sekolah tinggi-tinggi (seringkali sampai tingkat MBA) bila
kesempatan itu tak kunjung tiba. Oleh karena itu, suatu kesalahan besar bila
pada saat ia masuk ia langsung diantar ke meja atau ruangannya, lantas
didiamkan. Perusahaan mungkin menganggap bahwa pasti pegawai baru itu akan
segera bersibuk diri dalam pekerjaan. Dugaan yang cenderung meleset karena
siapa pun juga dan sehebat apa pun orangnya butuh tuntunan dalam orientasi
pekerjaan. Lantas ia butuh kesempatan untuk mempraktekkan sega-la pengetahuan
sekolahnya secara konkrit di tempat kerja.
Hal lain yang dapat
membuat “orang baru” dalam perusahaan semakin betah adalah apabila dalam
bulan-bulan pertama ia sudah dilibatkan dalam beberapa persoalan perusahaan
yang cukup penting. Ini kesempatan pula baginya untuk menyumbangkan pikirannya
dalam rangka pemecahan masalah. Syukur-syukur bila sumbang sarannya benar-benar
diperhatikan dan — kalau memang itu usul yang pantas — diterapkan. Secara
psikologis hal ini dapat diterangkan sebagai proses daur pengalaman yang
menguatkan perilaku tertentu yang dikehendaki. Dalam proses seperti ini,
urutan-urutan kejadian adalah sebagai berikut:
• ada pegawai baru
dalam perusahaan, • sebagai orang baru ia akan mengacu pada atasannya dalam
perusahaan, • bila atasan atau pimpinan perusahaan itu memberi kesempatan
padanya untuk berpe-ran aktif dalam suatu pemecahan persoalan, maka, • pegawai
baru tersebut akan memperoleh rasa puas yang sifatnya menguatkan keputusan-nya
semula untuk masuk dalam perusahaan.
Untuk menciptakan
kondisi kerja seperti itu, maka perusahaan sebenarnya dapat merancangnya sejak
awal. Selain tugas-tugas yang relatif rutin yang dibebankan pada manajer baru
tersebut, maka dapat pula disisipkan beberapa tugas lain yang sifatnya khusus.
Misalnya, ia si manajer baru dapat dimasukkan ke dalam sua¬tu tim yang
menangani proyek tertentu. Tentunya tugas-tugas khusus yang diberikan itu harus
sesuai dengan bidang keahliannya. Selain itu, tingkat kesulitan yang dihadapi
dalam tugasnya hendaknya proporsional dengan statusnya sebagai orang baru.
Jangan sampai orang baru ini mendapat “daging yang terlalu besar dan alot
ba¬ginya untuk dikunyah”.
Banyak pula
perusahaan yang menggunakan sistem mentor dalam program orientasi tenaga
manajerial baru. Yang biasa dikaryakan untuk tugas mentor ini adalah para
eksekutif senior. Cara ini memungkinkan manajer baru untuk lebih cepat mengenal
medan. la pun akan menyerap informasi-informasi (dan “trick-trick”) dalam
tugasnya yang mungkin tak bisa diperoleh melalui pola orientasi lain. Mentor
akan memberi tahu titik-titik bahaya yang perlu dihindari, kesempatan-kesempatan
mana yang bakal muncul dan dimanfaatkan, serta 100 hal-hal lain (kecil maupun
besar) yang bisa membuat manajer baru lebih efektif lebih cepat.
Yang penting, si
mentor memberi informasi tidak berdasarkan kerangka teoritis belaka tetapi
sudah dicampurnya dengan unsur pengalaman dan kebijaksanaan yang diperoleh
melalui proses kerja bertahun-tahun.
Tentunya perusahaan
harus selektif dalam memilih mentor. Gunakan eksekutif-eksekutif atau tenaga
senior lainnya yang benar-benar kompeten dan punya keinginan untuk membimbing
tunas baru. Ini penting karena yang ditangani adalah kader-kader calon penerus perusahaan.
Sikap dan cara kerja yang akan tumbuh pada mereka bisa banyak ditentukan oleh
pengalaman dini yang dilewati semasa di bawah pengawasan dan bimbingan mentor.
Penting pula bagi
manajer baru yang sedang dalam masa orientasi seperti di atas untuk memperoleh
umpan balik yang cukup. Performance appraisal (penilaian karya) terhadap
aktivitas kerjanya tiap 3 bulan selama satu atau dua tahun dinilai banyak ahli
perusahaan sebagai tidak berlebihan. Tak perlu terlalu repot melaksanakan ini,
cukup satu session tatap muka untuk mengutarakan apa yang telah dilakukan
selama ini, mana yang dianggap benar atau efektif, mana yang kurang tepat, dan
kira-kira apa yang bakal dihadapinya dalam waktu yang akan datang.
Memang, tampaknya
cukup rumit untuk mengurusi orang yang baru memasuki sebuah perusahaan. Tetapi
bila ini menyangkut tenaga yang dipandang penting oleh perusahaan (”bintang”
begitu), maka mau tak mau upaya ini harus ditelusuri. Betapa tidak. Dalam
suasana kompetitif seperti sekarang, Tenaga kerja yang baik pada dasarnya tak
bisa dibeli; paling-paling hanya bisa “disewa” beberapa tahun saja. Oleh karena
itu penting menumbuhkan rasa betah dan loyal pada dirinya, agar penyewaan
terha-dapnya berlangsung terus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar